PERAN(IQ,EQ,AQ,CQ DAN SQ) DALAM BELAJAR. Pengertian Kecerdasan (Intellegence) IQ (Intellegence Quotient) Kecerdasan intelektual adalah syarat minimum kompetensi. Intelegensi diartikan sebagai keseluruhan individu untuk berpikir dan bertindak secara terarah, serta mengolah dan menguasai lingkungan secara efektif (Marhten Pali, 1993).

For centuries a person’s intelligence or academic abilities were measured with a standardised IQ test. The higher a person scored on the test the more academically capable they were perceived to be. Organisations like MENSA were formed with exclusive membership being granted to adults and children who displayed very high IQ levels. In his book, Frames of Mind, Howard Garner challenges the notion that intelligence is a single yardstick on which to measure a person’s abilities and chances of future success. Over the last few decades, other researchers and psychologists have followed suit and also identified alternative ways to measure intelligence that doesn’t only focus on academic abilities. There are four types of intelligence that are commonly used today; Intelligence Quotient IQEmotional Quotient EQSocial Quotient SQAdversity Quotient AQIn this article, we will look at the different types of intelligence, learn more about whether IQ is more important than EQ, SQ and AQ, and find out how parents can incorporate social and emotional development into their child’s education. Meaning of IQ, SQ, EQ and AQIntelligence Quotient or commonly referred to as IQ measures a person’s level of comprehension. This is usually assessed through an IQ assessment that tests a person’s ability to solve mathematical equations, memorise things, identify patterns and recall Quotient EQ or Emotional Intelligence refers to one’s ability to manage their emotions. This includes the ability to understand and self-manage their own feelings in positive ways to communicate effectively, empathize with others, overcome challenges, manage conflict and relieve Quotient SQ or Social Intelligence refers to one’s ability to interact and communicate with others with empathy and assertiveness. This includes a person’s ability to build a network of friends and maintain it over a long period of Quotient AQ refers to one’s ability to overcome challenges or adversity. When faced with troubles, the Adversity Quotient considers who will give up, who will abandon their family, and who will contemplate Goleman, author, psychologist and journalist for the New York Times, stated that “as much as 80% of adult success comes from EQ”. His research shows that people who have higher emotional and social intelligence tend to go further in life than those with a high IQ but low EQ or SQ. IQ vs EQ, SQ and AQEvery child is different, with unique learning needs and personalities. Saying that one intelligence type is more important than another is like saying that it is more important to learn maths than languages. Whilst each subject is important in schooling, what is most important is that a child builds educational foundations that will serve them through their adult life. The same logic can be applied when comparing different types of intelligence. It is simply not logical to think that one type of intelligence is more important than another. Developing a child’s social skills, self-awareness, self-control and coping mechanisms are not only important for learning but also vital to succeed as adults in a workplace environment. Social and emotional learning in schoolsUnderstanding your child’s unique personality and strength areas can offer valuable insights into how you approach and personalise their education to develop these key life skills. Whilst most schools focus on improving IQ levels, EQ, SQ and AQ development is often neglected. It is equally as important to attend to the emotional well-being of a learner, as to their academic needs. Social and emotional learning should be integrated into a child’s education as it is integral to their development. Enrolling your child in a social and emotional learning course will help them develop these key life skills and will in turn contribute to them becoming more successful and happier in their adult of social and emotional learningThere are tangible and practical reasons to incorporate social and emotional learning into a child’s education. According to Goleman, incidences of bullying, peer pressure, behavioural problems, violence and substance abuse are reduced in schools that focus on developing their students' EQ and SQ. This in turn leads to improved academic performance and behaviour. CambriLearn’s social and emotional learning courseCambriLearn offers an in-depth social-emotional learning course to help children navigate these critical developmental areas. The course is completed online through interactive lessons and group projects to help learners discover constructive ways to process their emotions and interact with others in a respectful way. In this course, students learn to Recognise and practice character strengths, like curiosity, persistence, and and manage their emotions, like fear and in a team, listen to and appreciate each the consequences of their actions to others. Students who have completed the social-emotional learning course with CambriLearn have shown improved self-esteem and self-awareness,attitude and relationships,ability to cope with social and peer pressures, learning by Stacey Cruickshanks

IQadalah Intelligent Quotient atau kecerdasan intelektual. IQ memberikan kecerdasan dalam berpikir dan bertindak secara logis. Peran penting yang dihasilkan oleh IQ meliputi kemampuan manusia berhitung, berimajinasi, beranalogi, dan berinovasi. Kecerdasan ini tidak dapat diamati secara langsung, karena itulah adanya tes IQ.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Pola atau model pendidikan dengan mengembangkan IQ intelligent quotient yaitu menggambarkan kemampuan seseorang dalam berpikir, mengolah, menguasai lingkungan, dan bertindak secara terarah. EQ emotional quotient yaitu kemampuan seseorang untuk menerima, menilai, mengelola, dan mengontrol emosi dirinya dan orang-orang di sekitarnya. SQ spiritual quotient yaitu kecerdasan untuk mengembangkan kapasitas seseorang dalam mencari makna, visi, dan nilai hidupnya. Dan terakhir RQ Religious Quotation yaitu, ketrampilan atau kemampuan seseorang dalam melaksanakan semua aturan agama yang dianutnya. Dalam kehidupan modern ini tidak dapat hanya mengandalkan IQ saja sebab ada banyak hal yang secara logika tidak benar, tetapi perasaan menyatakan bahwa itu benar, karena itulah diperlukan kecerdasan akal didampingi kecerdasan emosional. Kecerdasan emosi itu berakar dalam hati nurani yang amat mendalam dan kesadaraan diri. Ada 3 komponen dari EQ yaitu a. Kecerdasan emosi yang akan mengantar peserta didik memiliki kemampuan memanfaatkan nilai-nilai luhur dan mengambil keputusan dalam kehidupan Penilaian diri, yang akan mengantarkan peserta didik memiliki kemampuan belajar dari Percaya diri, yang akan mengantar peserta didik memiliki kemampuan dan keberanian menyatakan kebenaran Goleman, 1999 63. Lihat Pendidikan Selengkapnya IQadalah ukuran kecerdasan intelektual, EQ adalah ukuran kecerdasan secara emosional seseorang, sedangkan SQ adalah ukuran kecerdasan dari segi "spiritual". Ketiganya memiliki aspek atau kategorinya masing-masing. Kamu bisa mengembangkan aspek-aspek tersebut untuk meningkatkan tiga jenis kecerdasanmu. Apa Itu IQ, EQ, dan TQ – Grameds, pasti kalian pernah kan mengalami beberapa hal ini. Kalian didoakan, diharapkan, hingga dipaksa, bahkan diomelin sama orang tua kalian cuma biar jadi pintar. Hal tersebut karena punya seorang anak yang pintar dan cerdas merupakan dambaan setiap orang tua. Maka dari itu, tak sedikit orang tua yang suka membawa anak-anaknya untuk tes kecerdasan IQ, EQ, dan TQ. Meski begitu, tentunya setiap orang memiliki kecerdasan yang berbeda-beda dan tidak bisa disamakan satu sama lain. Namun, seiring berkembangnya zaman, hasil tes IQ bukan lagi satu-satunya penentu kecerdasan seseorang. Ada banyak faktor dalam setiap individu yang menentukan kecerdasan maupun kesuksesannya masing-masing. Akan tetapi, sudahkah Grameds mengetahui apa sih sebenarnya IQ, EQ, dan TQ itu? Bagaimana sejarahnya dan apa perbedaannya? Sebelum kita lanjut ke pembahasan yang lebih dalam. Yuk, kita ketahui dulu secara singkat tentang ketiganya. IQ adalah kecerdasan intelektual, sementara EQ merupakan kecerdasan emosional. Nah, kalau TQ, yaitu kecerdasan transendental. Dari namanya, ketiganya memang mirip. Namun, IQ, EQ, dan TQ memiliki perbedaan yang signifikan. Satu-satunya persamaan antara ketiganya, yakni digunakan sebagai ukuran kecerdasan seseorang. Lalu, apa saja perbedaan IQ, EQ, dan TQ? Yuk, simak selengkapnya dalam artikel ini. Pengertian Intelligent Quotient IQSejarah Intelligent Quotient IQJenis-Jenis Intelligent Quotient IQPengertian Emotional Quotient EQSejarah Emotional Quotient EQJenis-Jenis Emotional Quotient EQPengertian Transcendental Quotient TQSejarah Transcendental Quotient TQJenis-Jenis Transcendental Quotient TQKesimpulanRekomendasi Buku & Artikel TerkaitKategori SosiologiMateri Sosiologi Pengertian Intelligent Quotient IQ Intelligence Quotient atau yang biasa kita sebut dengan IQ merupakan suatu indikator untuk mengukur kecerdasan seseorang. Kecerdasan yang dimaksud, yaitu kecerdasan yang terbentuk atas proses pembelajaran dan pengalaman hidup. IQ menggambarkan kemampuan seseorang dalam berpikir, mengingat, memahami, mengevaluasi, mengolah, menguasai lingkungan, dan bertindak secara terarah. Biasanya, IQ memiliki kaitan yang erat dengan intelektual, logika, kemampuan menganalisis, pemecahan masalah matematis, dan strategis. Selain itu, IQ juga memiliki keterkaitan dengan keterampilan berkomunikasi, merespons atau menanggapi hal-hal yang ada di sekitarnya, serta kemampuan mempelajari materi-materi bilangan, seperti matematika. Melalui sekolah, kecerdasan ini diasah dengan berpikir secara rasional. Misalnya, saat kita belajar tentang matematika, kita dilatih untuk memahami, menganalisis, dan memecahkan masalah dari soal itu. Sejarah Intelligent Quotient IQ Nah, sebenarnya dari mana sih konsep tes kecerdasan intelektual ini tercipta? Konsep tes IQ ini mulai ada sejak akhir abad ke-19, tepatnya tahun 1890-an. Konsep ini diciptakan dan terpikirkan pertama kali oleh Francis Galton sepupu Charles Darwin sang Bapak Evolusi. Galton mengambil landasan dari teori Darwin mengenai konsep survival individu dalam suatu spesies. Sederhananya, yaitu teori mengenai cara bertahan hidup masing-masing orang, karena keunggulan dari sifat-sifat tertentu yang dimilikinya dan merupakan turunan dari orang tua mereka. Galton pun menyusun sebuah tes yang mengukur intelegensi manusia dari aspek kegesitan dan refleks otot-ototnya. Baru lah di awal abad ke-20, Alfred Binet, seorang psikolog dari Perancis, mengembangkan alat ukur intelegensi manusia yang sekarang telah dipakai oleh banyak orang. Di tahun 1983, penelitian mengenai konsep tes intelegensi manusia ini pun berlanjut oleh psikolog Harvard, Howard Gardner. Ia menyebutkan, bahwa kecerdasan manusia bukan merupakan sebuah konsep tunggal atau bersifat umum. Menurutnya, kecerdasan tersebut merupakan beberapa set kemampuan yang spesifik dan berjumlah lebih dari satu. Semua itu merupakan fungsi dari bagian-bagian dari otak yang terpisah, serta merupakan hasil dari evolusi manusia selama jutaan tahun. Seiring perkembangan zaman, orang-orang mulai sadar akan pentingnya intelegensi dan pengetesannya. Banyak para ahli psikologi yang mulai meneliti dan membuat berbagai hipotesis tentang kecerdasan. Muncullah perbedaan pendapat dengan masing-masing bukti yang dianggap kuat oleh masing-masing pihak. Ada yang menganggap bahwa, kecerdasan adalah konsep tunggal yang dinamakan Faktor G General Intelligence. Ada juga yang menganggap kecerdasan itu pada intinya terbagi jadi dua macam set kemampuan, yaitu fluid Gf dan crystallized Gc. Oleh sebab itu, sepanjang abad ke-20, berbagai macam pengetesan kecerdasan pun akhirnya banyak yang berpatokan ke pandangan-pandangan itu. Faktor lain yang turut andil dan memiliki peran besar dalam membentuk kecerdasan seseorang, yakni faktor genetik. Ini lah teori yang dimaksud oleh Galton. Maka, umumnya tingkat IQ seseorang tidak jauh berbeda dengan saat mereka masih kecil hingga dewasa. Namun, tidak menutup kemungkinan adanya hal-hal lain yang mempengaruhi tingkat kecerdasan intelektual seseorang. Misalnya, seperti lingkungan dan ilmu pengetahuan yang didapat selama proses akademik. Jenis-Jenis Intelligent Quotient IQ Mengutip Very Well Mind, menurut Howard Gardner awalnya ada delapan jenis kecerdasan manusia. Kedelapan jenis IQ itu antara lain, sebagai berikut. Kecerdasan linguistik verbal-linguistic Kecerdasan matematik atau logika logical-mathematical Kecerdasan spasial visual-spatial Kecerdasan kinetik dan jasmani bodily-kinesthetic Kecerdasan musikal music-rhythmic and harmonic Kecerdasan interpersonal interpersonal Kecerdasan intrapersonal intrapersonal Kecerdasan naturalis naturalistic Nah, seiring berjalannya waktu, akhirnya Gardner menambahkan satu lagi aspek kecerdasan kesembilan, yaitu eksistensial existential. Kecerdasan yang mencakup sisi spiritual dan transendental. Walaupun akhirnya jenis kecerdasan ini mulai populer, tapi teori mengenai eksistensial ini mendapat banyak kritik karena kurangnya bukti empiris. Oleh karena itu, sampai sekarang para ahli belum sepakat dalam mendefinisikan apa itu kecerdasan, diukur menggunakan alat apa, serta apa arti dari skor kecerdasan seseorang. Di beberapa negara maju, sekarang banyak yang sudah tidak memakai istilah tes IQ lagi. Alih-alih, mereka menyebutnya dengan tes tertentu, seperti tes kemampuan akademik, tes kecerdasan verbal, dan sebagainya. Pengertian Emotional Quotient EQ Emotional Quotient atau EQ merupakan kecerdasan emosional yang berkaitan dengan karakter. Kecerdasan ini berhubungan dengan kemampuan diri dalam mengontrol perasaan, mengenali perasaan orang lain, adaptasi, disiplin, tanggung jawab, kerja sama, dan juga komitmen. EQ pun terkait dengan kemampuan seseorang untuk menerima, menilai, mengelola, dan mengontrol emosi dirinya serta emosi terhadap orang-orang di sekitarnya. Seseorang yang tidak memiliki EQ yang baik, tidak akan bisa mengontrol amarah, kurang terbuka, sulit bekerja sama dengan orang lain, mudah curiga, susah memaafkan, hingga tidak bisa berempati, dan lain sebagainya. Banyak hal dalam hidup yang dibangun oleh kecerdasan emosional daripada kecerdasan intelektual. Para peneliti pun mengatakan, bahwa EQ mempunyai posisi lebih penting daripada IQ. Sebab, IQ tidak sama dengan EQ. Bisa saja seseorang yang memiliki IQ rendah, tapi ia memiliki EQ yang amat tinggi. Di samping itu, EQ juga bukan turunan maupun bawaan sejak lahir. EQ dapat diasah, diperkuat, serta diajarkan kapan saja melalui pendidikan karakter, memahami perasaan orang lain, dan sebagainya Begitu juga dalam dunia kerja. EQ menjadi satu hal yang sangat penting. Sebab, kamu tentu tidak akan bekerja seorang diri. Kamu akan berhubungan dan berkomunikasi dengan banyak pihak, seperti rekan kerja, atasan, hingga klien. Maka dari itu, kecerdasan emosional yang baik diperlukan agar kamu bisa menjalin kerja sama yang baik pula. Sejarah Emotional Quotient EQ Konsep Emotional Quotient pertama kali diciptakan oleh Keith Beasley yang dimuat dalam tulisannya di artikel Mensa pada tahun 1987. Akan tetapi, istilah EQ ciptaanya baru mendunia dan berubah menjadi EI setelah Daniel Goleman menerbitkan bukunya pada tahun 1995 yang berjudul “Emotional Intelligence – Why it can matter more than IQ”. Walaupun buku Goleman dianggap bukan sebagai buku akademik, tapi konsep EI yang disusun olehnya membuat para ahli psikologi lagi-lagi berlomba-lomba membuat penelitian tentang hal ini. Alasan Goleman mengubah istilah EQ menjadi EI karena lebih tepat penggunaannya untuk menjelaskan konsep kecerdasan emosional yang dimaksud. Dari situ lah, akhirnya para ahli juga lebih milih istilah Emotional Intelligence EI. Namun, walau konsep EI ini sudah diterima di kalangan umum. Masih banyak ilmuwan dan praktisi psikologis yang tetap skeptis dengan konsep kecerdasan emosional. Mereka sering sekali mengkritik cara pengetesannya. Pasalnya, ilmuwan harus bekerja berdasarkan bukti. Jika seorang ilmuwan di bidang apapun membuat suatu hipotesis, maka harus didukung dengan pengukuran yang akurat. Jenis-Jenis Emotional Quotient EQ Goleman pun membagi kemampuan-kemampuan emosional ini menjadi lima jenis. Kelima jenis EQ itu antara lain, sebagai berikut. Kesadaran diri, Kontrol diri, Kemampuan sosial, Empati, Motivasi. Menurut Goleman, orang yang memiliki IQ tinggi tanpa kelima kemampuan ini, akan terhambat dalam kegiatan akademik serta pekerjaannya. Pengertian Transcendental Quotient TQ Transcendental Quotient atau TQ merupakan kecerdasan transendental yang berkaitan dengan kemampuan seseorang dalam memaknai hidup dan kehidupannya melalui perspektif agama. TQ juga bisa kita sebut sebagai kecerdasan ruhaniah/ilahiyah, yaitu pengembangan dari kecerdasan spiritual SQ. Kecerdasan transendental ini memiliki konsep visioner yang jauh ke depan. TQ berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk memahami dan melaksanakan aturan transendental itu sendiri. Bagi umat Islam, aturan trasendentalnya adalah Al-Quran dan sunnah Nabi Muhammad SAW. Sementara bagi umat lain, aturan trasendentalnya adalah peraturan-peraturan yang ada dalam kitab-kitab agama mereka masing-masing. Meski begitu, konsep kecerdasan transendental ini lebih ditujukan untuk umat Islam. Kecerdasan transendental pada dasarnya harus tercermin pada perilaku manusia. Pemahaman filosofis terhadap kecerdasan transendental dan penerapannya secara konsekuen dan konsisten, memberikan banyak terhadap perilaku manusia di dalam berbagai kondisi. Selain perilaku dalam menjalankan ibadah, perilaku seseorang dengan kecerdasan transendental tinggi juga tercermin pada akhlak mereka yang mulia. Sejarah Transcendental Quotient TQ Konsep kecerdasan yang satu ini merupakan konsep paling baru yang mulai diterima sama banyak orang. Lebih mengejutkannya lagi, konsep kecerdasan transendental ini diciptakan oleh orang Indonesia lho, Grameds. TQ dipelopori oleh pemikiran Toto Tasmara yang diterbitkan dalam buku berjudul Kecerdasan Ruhaniah Transcendental Intelligence pada tahun 2001. Kemudian diteliti lebih lanjut oleh Syahmuharnis dan Harry Sidharta di tahun 2006 dengan menerbitkan buku Transcendental Quotient Kecerdasan Diri Terbaik. Pada bagian pengantar Toto menyampaikan, bahwa penggunaan kata kecerdasan ruhaniah atau Transcendental Intelligence dimaksudkan agar orang-orang lebih mudah memahami perbandingan konsep buatannya dengan konsep kecerdasan spiritual negara Barat. Konsep yang ia tawarkan banyak merujuk pada Al-Quran dan hadis yang diyakini sebagai sumber pemikiran yang bersifat universal dan juga sebagai cara hidup manusia way of life. Dalam menyajikan konsep kecerdasan transendental, Toto banyak mengaitkannya dengan ajaran mahabbah dan akhlak. Menurutnya, kecerdasan ruhaniah adalah kecerdasan yang berpusatkan pada hati yang diliputi rasa cinta mahabbah kepada Allah SWT. Toto pun menggunakan taqwa sebagai indikator pengukurannya. Melalui pemikiran Toto, Syahmuharnis dan Harry Sidharta mencoba penelitian lebih lanjut untuk menjelaskan berbagai pandangan ilmiah tentang spiritualisme dan konsep kehidupan menurut aturan transendental. Menurut keduanya, konsep kecerdasan ini sangat perlu dipahami agar meresap ke dalam akal budi manusia, sehingga melandasi seluruh perilakunya sehari-hari. Konsep TQ dalam buku mereka pun sama dengan konsep TI ciptaan Toto. Hanya saja, TQ yang merupakan pengembangan lanjutan dari TI ciptaan Toto ini lebih jelas lagi, terutama dalam penjabaran cara pengukuran dan kaitan TQ dengan konsep kecerdasan lainnya yang sudah ada sejak puluhan tahun lalu, seperti IQ, EQ, SQ, dan lainnya. Jenis-Jenis Transcendental Quotient TQ Menurut Syahmuharnis dan Harry, indikator perilaku manusia dengan kecerdasan transendental TQ yang tinggi dapat diperhatikan dari dua jenis perilaku, yaitu dalam beribadah dan kehidupan sehari-hari. Berikut daftar perilaku manusia yang termasuk dalam dua jenis TQ. Perilaku dalam beribadah mencakup dua hal, yaitu Hanya menyembah Allah SWT. Menjalankan kewajiban agama. Dalam perilaku sehari-hari mencakup 22 hal, antara lain Menyayangi kedua orang tua. Memiliki integritas yang tinggi. Bertanggung jawab. Berlaku adil. Disiplin dan sungguh-sungguh. Cerdas dan berilmu. Tahan terhadap cobaan. Selalu mensyukuri nikmat. Terpercaya amanah. Tidak sombong. Produktif, inovatif, dan kreatif. Selalu berpikir positif dan termotivasi. Selalu berbuat kebajikan dan mencegah kemungkaran. Menjaga kebersihan diri. Percaya diri dan berusaha konsisten. Tidak pemarah dan suka memberi maaf. Tidak boros dan kikir. Bersatu dan menjaga silaturahmi. Peduli dan menghargai. Selalu menjaga ucapannya. Selalu berusaha untuk lebih baik. Memiliki toleransi yang tinggi tanpa mengorbankan aqidah. Bagi para pencipta konsep kecerdasan transendental ini, manusia yang memiliki TQ tinggi maka secara otomatis memiliki EQ, SQ, dan Quotient lainnya dengan tingkat yang tinggi pula. Namun, manusia itu belum tentu memiliki IQ yang tinggi, tapi termasuk orang yang cerdas. Orang-orang yang memiliki TQ tinggi telah memahami dan mengamalkan aturan transendental secara sungguh-sungguh. Tata aturan bagi manusia untuk menjalankan hidup, yaitu memperoleh kesuksesan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Aturan tersebut mencakup seluruh aspek kehidupan manusia, baik dalam menjalankan ibadah maupun dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Mereka menjalankan kehidupan dengan selalu mengerahkan akal-budi, menjaga kesadaran diri, mengedepankan etika dan moral, dilandasi iman dan takwa, mengacu kepada aturan trasendental, dan selalu mengiringi perjuangan hidupnya dengan doa dan ibadah. Semua perilaku di atas adalah komponen kecerdasan transendental TQ. Kesimpulan Dari penjelasan diatas, tentunya Grameds bisa menarik kesimpulan dari perbedaan IQ, EQ, dan TQ. Ketiganya memiliki perbedaan yang sangat jauh. IQ digunakan untuk mengukur kecerdasan intelektual, EQ mengukur kecerdasan emosional seseorang, sedangkan TQ adalah ukuran kecerdasan dari sudut pandang agama. Ketiganya memiliki aspek atau jenisnya masing-masing. Grameds pun bisa mengembangkan aspek-aspek tersebut untuk meningkatkan tiga jenis kecerdasanmu. Grameds dapat menemukan banyak sekali buku-buku cara meningkatkan IQ, EQ, dan TQ di Gramedia kesayangan mu atau melalui Nah, itulah penjelasan singkat dan sederhana mengenai IQ, EQ, dan TQ. Sekarang Grameds sudah lebih paham, bukan? Rekomendasi Buku & Artikel Terkait Penulis Indah Utami Baca Juga! Contoh Soal Psikotes dan Trik Untuk Menjawabnya Mengenal Apa Itu Perkembangan Kognitif dan Tahapannya Pengertian Kurikulum dan Fungsinya Dalam Pendidikan Memahami Apa Itu Teori Psikoanalisis Kemampuan Kognitif Untuk Berpikir Tipe Kepribadian Berdasarkan Golongan Darah Mengenal Sistem Syaraf pada Manusia Cara Menghafal dengan Cepat dan Mudah ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah." Custom log Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda Tersedia dalam platform Android dan IOS Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis Laporan statistik lengkap Aplikasi aman, praktis, dan efisien
Sedangkanpotensi psikis berhubungan dengan IQ ( Intellegence Quotient ), EQ ( Emotional Quotient ), SQ ( Spiritual Quotient ), AQ ( Addversity Quotient ),CQ ( Creativity Quotient ), dan ESQ ( Emotional Spiritual Quotient yang merupakan gabungan dari EQ dengan SQ ). 1.Pengertian IQ ( Intellegence Quotient )
1. Pengertian Kecerdasan Menurut wikipedia, ada beberapa cara untuk mendefinisikan kecerdasan. Dalam beberapa kasus, kecerdasan bisa termasuk kreativitas, kepribadian, watak, pengetahuan, atau kebijaksanaan. Namun, beberapa psikolog tak memasukkan hal-hal tadi dalam kerangka definisi kecerdasan. Kecerdasan biasanya merujuk pada kemampuan atau kapasitas mental dalam berpikir, namun belum terdapat definisi yang memuaskan mengenai kecerdasan. Stenberg & Slater 1982 mendefinisikannya sebagai tindakan atau pemikiran yang bertujuan dan adaptif. 2. Pengertian Kecerdasan Intelektual IQ Kecerdasan intelektual bahasa Inggris intelligence quotient, disingkat IQ adalah istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan sifat pikiran yang mencakup sejumlah kemampuan, seperti kemampuan menalar, merencanakan, memecahkan masalah, berpikir abstrak, memahami gagasan, menggunakan bahasa, dan belajar. Kecerdasan erat kaitannya dengan kemampuan kognitif yang dimiliki oleh individu. Kecerdasan dapat diukur dengan menggunakan alat psikometri yang biasa disebut sebagai tes IQ. Ada juga pendapat yang menyatakan bahwa IQ merupakan usia mental yang dimiliki manusia berdasarkan perbandingan usia kronologis. IQ merupakan kependekan dari Intelligence Quotient yang artinya ukuran kemampuan intelektual, analitis kemampuan menganalisa, logika dan rasio seseorang. Dengan demikian, IQ berkaitan pada keterampilan berbicara, kesadaran akan sesuatu di sekelilingnya dan penguasaan matematika. Salah satu contoh sederhananya ialah apabila langit mendung, maka hari akan hujan. Atau, papa mempercayai kita untuk meletakkan televisi di dalam kamar, namun ia melarang kita menonton televisi lewat dari jam 9 malam. Apa yang terjadi bila kita melanggarnya? Papa akan memarahi kita dan menarik fasilitas televisi tersebut. 3. Pengertian Kecerdasan Emosional EQ Kecerdasan emosional bahasa Inggris emotional quotient, disingkat EQ adalah kemampuan seseorang untuk menerima, menilai,mengelola, serta mengontrol emosi dirinya dan oranglain di sekitarnya. Dalam hal ini, emosi mengacu pada perasaan terhadap informasiakan suatu hubungan. Sedangkan, kecerdasan intelijen mengacu pada kapasitas untuk memberikan alasan yang valid akan suatu hubungan. Kecerdasan emosional EQ belakangan ini dinilai tidak kalah penting dengan kecerdasan intelektual IQ. Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa kecerdasan emosional dua kali lebih penting daripada kecerdasan intelektual dalam memberikan kontribusi terhadap kesuksesan seseorang. Menurut Howard Gardner 1983 terdapat lima pokok utama dari kecerdasan emosional seseorang, yakni mampu menyadari dan mengelola emosi diri sendiri, memiliki kepekaan terhadap emosi orang lain, mampu merespon dan bernegosiasi dengan orang lain secara emosional, serta dapat menggunakan emosi sebagai alat untuk memotivasi diri. EQ adalah kemampuan berkomunikasi seseorang dalam dua dimensi, yaitu arah ke dalam personal dan arah ke luar interpersonal. Personal ialah komunikasi yang dilakukan seseorang pada dirinya sendiri. Hal ini berguna untuk menumbuhkan kesadaran diri self awareness, penerimaan diri self acceptance, menghargai diri sendiri self respect, dan penguasaan diri self mastery. Contohnya ketika kita mengharapkan papa membelikan handphone tetapi papa tidak mengabulkannya. Pada masalah ini EQ personal kita bermain, seberapa besar kesadaran diri tentang manfaat handphone terhadap kita. Kemudian ketika kita menyadari bahwa manfaatnya sangat kecil, kita mulai menerima keputusan papa tersebut. Dengan menerima hal itu pula, kita tidak akan merasa sebagai orang yang menyedihkan meskipun teman-teman kita memiliki handphone. Sementara interpersonal adalah kemampuan memahami, menerima, mempercayai, dan mempengaruhi orang lain. Salah satu contoh adalah ketika kamu meminta saran dari teman dekatmu, temanmu itu akan memberikan tanggapannya. Tanggapannya itulah yang perlu kamu pahami dan terima dengan baik. 4. Pengertian Kecerdasan Spritual SQ Kecerdasan spiritual bahasa Inggris spiritual quotient, disingkat SQ adalah kecerdasan jiwa yang membantu seseorang untuk mengembangkan dirinya secara utuh melalui penciptaan kemungkinan untuk menerapkan nilai-nilai positif. SQ merupakan fasilitas yang membantu seseorang untuk mengatasi persoalan dan berdamai dengan persoalannya itu. Ciri utama dari SQ ini ditunjukkan dengan kesadaran seseorang untuk menggunakan pengalamannya sebagai bentuk penerapan nilai dan makna. Kecerdasan spiritual yang berkembang dengan baik akan ditandai dengan kemampuan seseorang untuk bersikap fleksibel dan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan, memiliki tingkat kesadaran yang tinggi, mampu menghadapi penderitaan dan rasa sakit, mampu mengambil pelajaran yang berharga dari suatu kegagalan, mampu mewujudkan hidup sesuai dengan visi dan misi, mampu melihat keterkaitan antara berbagai hal, mandiri, serta pada akhirnya membuat seseorang mengerti akan makna hidupnya. SQ adalah kemampuan seseorang untuk dapat memahami arti hidup. Hal ini menyangkut hubunganmu dengan Tuhan, Sobat Orbit. 5. Pengertian Kecerdasan Moral MQ Kecerdasan moral bahasa Inggris moral quotient, disingkat MQ adalah kemampuan seseorang untuk membedakan benar dan salah berdasarkan keyakinan yang kuat akan etika dan menerapkannya dalam tindakan 6. Pengertian Kecerdasan Adversitas Quotient AQ AQ adalah kemampuan seseorang saat menghadapi segala kesulitan. Beberapa orang mencoba untuk tetap bertahan menghadapi kesulitan tersebut, sebagian orang lainnya mudah takluk dan menyerah. AQ adalah kemampuan / kecerdasan seseorang untuk dapat bertahan menghadapi kesulitan kesulitan dan mampu mengatasi tantangan hidup. Paul G Stolz dalam AQ membedakan 3 tingkatan AQ dalam masyarakat -Tingkat Quitrers orang yang berhenti Qoitrers adalah orang yang paling lemah AQ nya. Ketika ia menghadapi masalah ia langusung berhenti dan menyerah. -Tingkat Campers orang yang berkemah Orang yang memiliki tingkay Campers memiliki AQ sedang. Ia merasa cukup dan puas dengan apa yang dicapainya dan ia tidak ingin lebih maju. -Tingkat Climbers orang yang mendaki Climbers adalah orang yang ber-AQ tinggi dengan kemampuan dan kecerdasan yang tinggi untuk dapat bertahan menghadapi kesulitan dan mampu mengatasi tantangan hidup. 7. Pengertian Kecerdasan Emotional Spiritual Quotient ESQ ESQ merupakan sebuah singkatan dari Emotional Spiritual Quotient yang merupakan gabungan EQ dan SQ, yaitu Penggabungan antara pengendalian kecerdasan emosi dan spiritual. Definisi, Emosional Spiritual Quotient ESQ Model adalah Model Kemampuan seseorang untuk memberi Makna Spiritual terhadap Pemikiran, Prilaku/Ahlak dan Kegiatan, serta Mampu Menyinergikan IQ Intelegent Quotient yang terdiri dari IQ Logika/Berpikir dan IQ Financial / Kecerdasan memenuhi kebutuhan hidupnya/keuangan, EQ Emosional Quotient dan SQ Spiritual Quotient secara komprehensif. Manfaat yang bisa di dapat adalah tercapai nya keseimabangan antara hubungan Horizontal manusia dengan manusia dan Vertikal manusia dan Tuhan. ESQ juga dapat membuat kita lebih percaya diri dalam melakukan suatu tindakan. 8. Pengertian Creativity Quotient CQ Creativity adalah potensi seorang untuk memunculkan suatu yang merupakan penemuan baru dalam bidang ilmu dan teknologi serta semua bidang lainnya. 5 Ciri Kreatifitas -Kelancaran / kefasihan. Kemampuan memproduksi banyak ide. -Keluwesan Kemampuan untuk mengajukan bermacam-mcam pendekatan jalan pemecahan masalah. untuk melahirkan gagasan yang original atau asli -PenguraianKemampuan menguraikan sesuatu secara terperinci. -Perumusan kembaliKemampuan untuk mengkaji kembali suatu persoalan melalui cara yang berbeda dengan yang sudah lazim. 9. Pengertian Love Quotient LQ Orang pintar adalah mereka yang memiliki IQ atau kecerdasan yang dikembangkan dengan baik. Tetapi jika orang-orang pintar itu ingin menjadi pemimpin yang baik, mereka juga membutuhkan EQ atau kecerdasan emosional, kemampuan untuk berempati dan mengekspresikan emosi. Namun menurut CEO Alibaba Jack Ma, Anda juga membutuhkan sesuatu yang ia sebut 'LQ' "Jika Anda ingin dihormati, Anda membutuhkan LQ," pendiri dan ketua raksasa internet China itu mengatakan pada Forum Bisnis Global Bloomberg di New York awal pekan ini. “Dan apa itu LQ? Hasil dari cinta, yang mesin tidak pernah miliki. ” "Sebuah mesin tidak memiliki hati, tidak memiliki jiwa, dan tidak memiliki keyakinan," katanya. “Manusia memiliki jiwa, memiliki keyakinan, memiliki nilai; kami kreatif, kami menunjukkan bahwa kami dapat mengontrol mesin. ” Demikian Pengertian Tentang Kecerdasan, IQ, EQ, SQ, MQ, AQ, ESQ, CQ dan LQ Semoga bermanfaat buat Semua. Referensi
Duniabroadcast atau media sosial kembali ramai membicarakan tentang AQ. "S etelah IQ, EQ, SQ, sekarang muncul AQ", begitu tulis sebuah sumber dari Elly Risman, Senior Psikolog dan Konsultan Universitas Indonesia (UI). Kissparry baru-baru ini menerima artikel tersebut, yang merupakan aplikasi/penerapan dari pengertian AQ itu sendiri. Pengertian Kecerdasan dan Macamnya- Di bawah ini beberapa jenis atau macam kecerdasan dan definisinya yang meliputi pengertian kecerdasan, kecerdasan intelektual/IQ, kecerdasan emosional/EQ, kecerdasan spritual/SQ, dan kecerdasan moral/MQ. 1. Pengertian Kecerdasan Menurut wikipedia, ada beberapa cara untuk mendefinisikan kecerdasan. Dalam beberapa kasus, kecerdasan bisa termasuk kreativitas, kepribadian, watak, pengetahuan, atau kebijaksanaan. Namun, beberapa psikolog tak memasukkan hal-hal tadi dalam kerangka definisi kecerdasan. Kecerdasan biasanya merujuk pada kemampuan atau kapasitas mental dalam berpikir, namun belum terdapat definisi yang memuaskan mengenai kecerdasan. Stenberg & Slater 1982 mendefinisikannya sebagai tindakan atau pemikiran yang bertujuan dan adaptif. 2. Pengertian Kecerdasan Intelektual IQ Kecerdasan intelektual bahasa Inggris intelligence quotient, disingkat IQ adalah istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan sifat pikiran yang mencakup sejumlah kemampuan, seperti kemampuan menalar, merencanakan, memecahkan masalah, berpikir abstrak, memahami gagasan, menggunakan bahasa, dan belajar. Kecerdasan erat kaitannya dengan kemampuan kognitif yang dimiliki oleh individu. Kecerdasan dapat diukur dengan menggunakan alat psikometri yang biasa disebut sebagai tes IQ. Ada juga pendapat yang menyatakan bahwa IQ merupakan usia mental yang dimiliki manusia berdasarkan perbandingan usia kronologis. 3. Pengertian Kecerdasan Emosional EQ Kecerdasan emosional bahasa Inggris emotional quotient, disingkat EQ adalah kemampuan seseorang untuk menerima, menilai,mengelola, serta mengontrol emosi dirinya dan oranglain di hal ini, emosi mengacu pada perasaan terhadap informasiakan suatu hubungan. Sedangkan, kecerdasan intelijen mengacu pada kapasitas untuk memberikan alasan yang valid akan suatu emosional EQ belakangan ini dinilai tidak kalah penting dengan kecerdasan intelektual IQ.Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa kecerdasan emosional dua kali lebih penting daripada kecerdasan intelektual dalam memberikan kontribusi terhadap kesuksesan seseorang. Menurut Howard Gardner 1983 terdapat lima pokok utama dari kecerdasan emosional seseorang, yakni mampu menyadari dan mengelola emosi diri sendiri, memiliki kepekaan terhadap emosi orang lain, mampu merespon dan bernegosiasi dengan orang lain secara emosional, serta dapat menggunakan emosi sebagai alat untuk memotivasi diri. 4. Pengertian Kecerdasan Spritual SQ Kecerdasan spiritual bahasa Inggris spiritual quotient, disingkat SQ adalah kecerdasan jiwa yang membantu seseorang untuk mengembangkan dirinya secara utuh melalui penciptaan kemungkinan untuk menerapkan nilai-nilai positif. SQ merupakan fasilitas yang membantu seseorang untuk mengatasi persoalan dan berdamai dengan persoalannya itu. Ciri utama dari SQ ini ditunjukkan dengan kesadaran seseorang untuk menggunakan pengalamannya sebagai bentuk penerapan nilai dan makna. Kecerdasan spiritual yang berkembang dengan baik akan ditandai dengan kemampuan seseorang untuk bersikap fleksibel dan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan, memiliki tingkat kesadaran yang tinggi, mampu menghadapi penderitaan dan rasa sakit, mampu mengambil pelajaran yang berharga dari suatu kegagalan, mampu mewujudkan hidup sesuai dengan visi dan misi, mampu melihat keterkaitan antara berbagai hal, mandiri, serta pada akhirnya membuat seseorang mengerti akan makna hidupnya. 5. Pengertian Kecerdasan Moral MQ Kecerdasan moral bahasa Inggris moral quotient, disingkat MQ adalah kemampuan seseorang untuk membedakan benar dan salah berdasarkan keyakinan yang kuat akan etika dan menerapkannya dalam tindakan Demikian Pengertian Kecerdasan, Kecerdasan Intelektual/IQ, Kecerdasan Emosional/EQ, Kecerdasan Spiritual/SQ, dan Kecerdasan Moral/MQ. Semoga bermanfaat.
2 Pengertian Kecerdasan Intelektual ( IQ ) Kecerdasan intelektual (bahasa Inggris: intelligence quotient, disingkat IQ) adalah istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan sifat pikiran yang mencakup sejumlah kemampuan, seperti kemampuan menalar, merencanakan, memecahkan masalah, berpikir abstrak, memahami gagasan, menggunakan bahasa, dan belajar.
For centuries a person’s intelligence or academic abilities were measured with a standardised IQ test. The higher a person scored on the test the more academically capable they were perceived to be. Organisations like MENSA were formed with exclusive membership being granted to adults and children who displayed very high IQ levels. In his book, Frames of Mind, Howard Garner challenges the notion that intelligence is a single yardstick on which to measure a person’s abilities and chances of future success. Over the last few decades, other researchers and psychologists have followed suit and also identified alternative ways to measure intelligence that doesn’t only focus on academic abilities. There are four types of intelligence that are commonly used today; Intelligence Quotient IQEmotional Quotient EQSocial Quotient SQAdversity Quotient AQIn this article, we will look at the different types of intelligence, learn more about whether IQ is more important than EQ, SQ and AQ, and find out how parents can incorporate social and emotional development into their child’s education. Meaning of IQ, SQ, EQ and AQIntelligence Quotient or commonly referred to as IQ measures a person’s level of comprehension. This is usually assessed through an IQ assessment that tests a person’s ability to solve mathematical equations, memorise things, identify patterns and recall Quotient EQ or Emotional Intelligence refers to one’s ability to manage their emotions. This includes the ability to understand and self-manage their own feelings in positive ways to communicate effectively, empathize with others, overcome challenges, manage conflict and relieve Quotient SQ or Social Intelligence refers to one’s ability to interact and communicate with others with empathy and assertiveness. This includes a person’s ability to build a network of friends and maintain it over a long period of Quotient AQ refers to one’s ability to overcome challenges or adversity. When faced with troubles, the Adversity Quotient considers who will give up, who will abandon their family, and who will contemplate Goleman, author, psychologist and journalist for the New York Times, stated that “as much as 80% of adult success comes from EQ”. His research shows that people who have higher emotional and social intelligence tend to go further in life than those with a high IQ but low EQ or SQ. Every child is different, with unique learning needs and personalities. Saying that one intelligence type is more important than another is like saying that it is more important to learn maths than languages. Whilst each subject is important in schooling, what is most important is that a child builds educational foundations that will serve them through their adult life. The same logic can be applied when comparing different types of intelligence. It is simply not logical to think that one type of intelligence is more important than another. Developing a child’s social skills, self-awareness, self-control and coping mechanisms are not only important for learning but also vital to succeed as adults in a workplace environment. Social and emotional learning in schoolsBenefits of social and emotional learningThere are tangible and practical reasons to incorporate social and emotional learning into a child’s education. According to Goleman, incidences of bullying, peer pressure, behavioural problems, violence and substance abuse are reduced in schools that focus on developing their students' EQ and SQ. This in turn leads to improved academic performance and behaviour. CambriLearn’s social and emotional learning courseCambriLearn offers an in-depth social-emotional learning course to help children navigate these critical developmental areas. The course is completed online through interactive lessons and group projects to help learners discover constructive ways to process their emotions and interact with others in a respectful way. In this course, students learn to Recognise and practice character strengths, like curiosity, persistence, and and manage their emotions, like fear and in a team, listen to and appreciate each the consequences of their actions to others. Students who have completed the social-emotional learning course with CambriLearn have shown improved self-esteem and self-awareness,attitude and relationships,ability to cope with social and peer pressures, learning outcomes. MenurutDimitri Mahayana (Agus Nggermanto, 2001), cirri-ciri orang yang ber-SQ tinggi adalah : 1. Memiliki prinsip dan visin yang kuat 2. Mampu melihat kesatuan dalam keanekaragaman 3. Mampu memaknai setiap sisi kehidupan 4. Mampu mengelola dan bertahan dalam kesulitan dan penderitaan. Cara Melatih IQ, EQ, AQ, SC dan SQ Setiap individu memiliki potensi diri, dan setiap potensi antara satu individu dengan individu yang lain pastilah berbeda. Potensi diri tersebut dibedakan menjadi dua, yakni potensi fisik dan potensi psikis. Potensi fisik menyangkut dengan keadaan dan kesehatan tubuh kurus, gemuk, dan lain-lain, wajah ganteng, jelek, cantik dan lain-lain, dan ketahanan tubuh mudah sakit atau tahan sakit . Sedangkan potensi psikis berhubungan dengan IQ Intellegence Quotient , EQ Emotional Quotient , SQ Spiritual Quotient , AQ Addversity Quotient ,CQ Creativity Quotient , dan ESQ Emotional Spiritual Quotient yang merupakan gabungan dari EQ dengan SQ . IQ Intellegence Quotient IQ merupakan kepanjangan dari Intelegence Quotient yang artinya ukuran kemampuan intelektuas, analisis, logika, dan rasio seseorang. IQ adalah istilah kecerdasan manusia dalam kemampuan untuk menalar, perencanaan sesuatu, kemampuan memecahkan masalah, belajar, memahaman gagasan, berfikir, penggunaan bahasa dan lainnya. Anggapan awal bahwa IQ adalah kemampuan bawaan lahir yang mutlak dan tidak bisa berubah adalah mitos alias salah kaprah , karena penelitian modern membuktikan bahwa kemampuan IQ seseorang dapat meningkat dari proses belajar. Kecerdasan ini pun tidaklah baku untuk satu hal saja tetapi untuk banyak hal. Ciri Ciri Perilaku Intellegence -Masalah yang dihadapi merupakan masalah baru bagi yang bersangkutan. -Serasi tujuan dan ekonomis / efesien. -Masalah mengandung tingkat kesulitan. -Keterangan pemecagannya dapat diterima -Sering menggunakan abstraksi. -Bercirikan kesempatan. -Memerlukan pemusatan perhatian. EQ Emotional Quotient Kecerdasan emonisional adalah kemampuan pengendalian diri sendiri, semangat dan ketekunan, serta kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi, kesanggupan untuk mengendalikan dorongan hati dan emosi, tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, untuk membaca perasaan terdalam orang lain, dan berdoa, untuk memelihara hubungan dengan sebaik baiknya, kemampuan untuk menyelesaikan konflik, serta untuk memimpin diri dan lingkungan sekitarnya. Aspek EQ -Kemampuan kesadaran diri. -Kemampuan mengelola emosi. -Kemampuan memotivasi diri. -Kemampuan mengendalikan emosi orang lain. -Kemampuan berhubungan dengan orang lain empati -Menghargai emosi negatif orang lain. -Sabar menghadapi emosi negatif orang lain. -Sadar dan menghargai emosi diri sendiri. -Peka terhadap emosi orang lain. -Tidak bingung menghadapi emosi orang lain. -Tidak menganggap lucu emosi orang lain. Sifat EQ Tinggi -Berempati. -Mengungkapkan dan memahami perasaan. -Mengendalikan amarah. -Kemampuan menyesuaikan diri. -Kemampuan memecahkan masalah antar pribadi. -Hormat, ramah, setia, dan tekun. SQ Spiritual Quotient Kecerdasan spiritual tidak selalu berhubungan dengan agama. Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan jiwa yang dapat membantu seseorang membangun dirinya secara utuh. Kecerdasan spiritual berasal dari dalam hati, menjadikan kita kreatif ketika dihadapkan pada masalah pribadi, dan mencoba melihat makna yang terkandung di dalamnya, serta menyelesaikannya dengan baik agar memperoleh ketenangan dan kedamaian hati. Kecerdasan spiritual membuat inividu mampu memaknai setiap kegiatannya sebagai suatu ibadah. Ciri Ciri SQ Tinggi -Memiliki prinsip dan visi yang kuat. -Berprinsip kebenaran, keadilan, dan kebaikan. -Mampu memaknai setiap sisi kehidupan. -Mampu untuk menghadapai rasa takut. -Cenderung memandang segala sesuatu itu berkaitan. AQ Addversity Quotient AQ adalah kemampuan / kecerdasan seseorang untuk dapat bertahan menghadapi kesulitan kesulitan dan mampu mengatasi tantangan hidup. Paul G Stolz dalam AQ membedakan 3 tingkatan AQ dalam masyarakat -Tingkat Quitrers orang yang berhenti Qoitrers adalah orang yang paling lemah AQ nya. Ketika ia menghadapi masalah ia langusung berhenti dan menyerah. -Tingkat Campers orang yang berkemah Orang yang memiliki tingkay Campers memiliki AQ sedang. Ia merasa cukup dan puas dengan apa yang dicapainya dan ia tidak ingin lebih maju. -Tingkat Climbers orang yang mendaki Climbers adalah orang yang ber-AQ tinggi dengan kemampuan dan kecerdasan yang tinggi untuk dapat bertahan menghadapi kesulitan dan mampu mengatasi tantangan hidup. CQ Creativity Quotient Creativity adalah potensi seorang untuk memunculkan suatu yang merupakan penemuan baru dalam bidang ilmu dan teknologi serta semua bidang lainnya. 5 Ciri Kreatifitas -Kelancaran / kefasihan. Kemampuan memproduksi banyak ide. -Keluwesan. Kemampuan untuk mengajukan bermacam-mcam pendekatan jalan pemecahan masalah. -Keaslian. Mampu untuk melahirkan gagasan yang original atau asli -Penguraian Kemampuan menguraikan sesuatu secara terperinci. -Perumusan kembali Kemampuan untuk mengkaji kembali suatu persoalan melalui cara yang berbeda dengan yang sudah lazim. ESQ Emotional Spiritual Quotient ESQ merupakan gabungan dari EQ dengan SQ yang berupa penggabungan antara pengendalian kecerdasan emosi dan kecerdasan spiritual. Itulah artikel yang bisa saya sampaikan dan semoga bermanfaat. Jika bermanfaat tolong di share untuk membagikan informasi kepada yang lain. Bila ada masukan atau pendapat silahkan komen di pos yang sudah saya sediakan. Terima kasih TERIMAKASIH TELAH BERKUNJUNG KE BLOGG-KU SALAM FANGIRL^^
eqmerupakan kependekan dari emotional quotient (kecerdasan emonisional) adalah kemampuan pengendalian diri sendiri, semangat dan ketekunan, serta kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi, kesanggupan untuk mengendalikan dorongan hati dan emosi, tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga
Apa bedanya antara IQ, EQ, dan SQ? Semua istilah ini dibahas tuntas dari sejarahnya, pengertian, dan lain-lain. Udah jadi dambaan tiap ortu kalo anaknya itu bakal jadi anak yang pinter, cerdas dan berbudi pekerti luhur sedaapp. Pasti lo sering ngalamin deh, didoain, diharepin, dipaksa, bahkan diomelin sama ortu cuma biar lo jadi pinter. Oleh karena itu, pasti lo nggak asing dong sama singkatan IQ, yg merupakan singkatan dari Intelligence Quotient atau nilai kecerdasan seseorang. Belom juga ngerti tentang apa itu IQ, eeh udah ada lagi yang namanya EQ Emotional Quotient, dan tiba-tiba muncul lagi istilah SQ Spiritual Quotient. Sebenernya apaan sih itu? Emang bener yah kecerdasan emosional dan spiritual orang bisa dikuantifikasi? Belom juga udah ngerti masing-masing istilah IQ, EQ, SQ itu apa, eeh tiba-tiba kita udah disuruh buat tes IQ lah, test EQ, belajar dan ikut program ini-itu, demi meningkatkan nilai IQ, EQ, dan SQ kita. Naah, sebelom kita capek-capek belajar dan muter otak sampe jungkir balik segala macem demi ningkatin apa yang sebenernya kita belum paham. Naah, blog Zenius kali ini bakal seru banget karena gue bakal kasih tau elo selengkapnya apa itu konsep IQ, EQ, dan SQ yang sebenernya. Oke, kita langsung aja deh nih ngomongin yang pertama. IQ, Intelligence QuotientEmotional Quotient Intelligence Spiritual Quotient Intelligence IQ, Intelligence Quotient IQ atau nilai kecerdasan seseorang. Nah yang ini nih sebenernya konsep yang udah ada sejak akhir abad 19, kira-kira di tahun 1890-an, yang pertama kali dipikirin oleh Francis Galton sepupunya Charles Darwin, Bapak Evolusi. Berlandaskan dari teori sepupunya mengenai konsep survival dari individu dalam suatu spesies, yang disebabkan oleh “keunggulan” sifat-sifat tertentu dari individu yang diturunkan dari orangtua masing-masing. Galton menyusun sebuah tes yang rencananya mengukur intelegensi dari aspek kegesitan dan refleks otot-otot dari manusia. Baru pas awal abad 20, Alfred Binet dibaca Biney, psikolog dari Perancis, ngembangin alat ukur intelegensi manusia yang mulai kepake sama orang-orang. Dari alat ukur ciptaan Binet ini, akhirnya berkembang deh alat-alat ukur IQ sampe yang kita kenal dan pake sekarang. Gara-gara orang mulai sadar sama pentingnya intelegensi dan pengetesannya, mulai deh tuh, para ahli psikologi neliti dan bikin hipotesis tentang kecerdasan. Banyak banget deh yang akhirnya muncul dengan pendapat yang berbeda-beda, masing-masing dengan bukti yang dianggap kuat oleh masing-masing pihak. Ada yang menganggap bahwa kecerdasan adalah konsep tunggal yang dinamakan faktor G General Intelligence. Ada juga yang menganggap kecerdasan itu pada intinya terbagi jadi dua macam set kemampuan, yaitu fluid Gf dan crystallized Gc. Berbagai macam pengetesan kecerdasan dibikin ngacu ke pandangan-pandangan ini sepanjang abad ke 20. Tapi yang lagi ngetren sekarang tuh yang namanya multiple intelligence, atau kecerdasan berganda yang dicetuskan oleh Howard Gardner di tahun 1983. Gardner nyebutin bahwa kecerdasan manusia bukan merupakan sebuah konsep tunggal atau bersifat umum, namun merupakan set-set kemampuan yang spesifik dan berjumlah lebih dari satu, yang semuanya merupakan fungsi dari bagian-bagian dari otak yang terpisah, serta merupakan hasil dari evolusi manusia selama jutaan tahun. Gardner awalnya membagi kecerdasan manusia menjadi delapan kategori yaitu a Music-rhythmic & Harmonic,bVisual-spatial,c Verbal-linguistic,d Logical mathematical,e Bodily-kinesthetic,f Intrapersonal,g Interpersonal,h Naturalistic. Masing-masing lengkapnya kayak apa mending elo Google aja deh, kepanjangannya Men. Intinya, lo bisa tangkep lah dengan gampang kalo liat istilahnya aja. Nah, seiring berjalannya waktu, akhirnya Gardner nambahin lagi aspek kecerdasan kesembilan, yaitu i Existential – yang mencakup sisi spiritual dan transendental. Walaupun populer, teori ini mendapat banyak kritik karena kurangnya bukti empiris. Nah, oleh karena itu, sampe sekarang para ahli belom sepakat dalam ngasih definisi apa itu kecerdasan, diukur pake alat apa, serta apa arti dari skor kecerdasan seseorang. Makanya, sekarang tuh para praktisi ilmu psikologi, pendidik, sekolah, dan beberapa negara maju udah ga make lagi tuh istilah “tes IQ”. Alih-alih mereka bilangnya test tertentu kaya “tes kemampuan akademik”, “tes kecerdasan verbal”, dan sebagainya. Masalahnya, di Indonesia nih masih umum banget istilah IQ. Ga jarang juga kan kita denger pertanyaan “IQ lo berapa?”, “Gimana Men, besok tes IQ, udah siap?”, “Itu butuh IQ berapa sih biar bisa keterima di sekolah/kelompok itu?”, dan sebagainya. Lewat tulisan ini, gue rada pingin nyuarain juga nih ke elo-elo pada, bahwa banyak banget pengetesan yang sebenernya ga ngukur kecerdasan umum, tapi ngakunya sebagai tes IQ. Harus ati-ati deh buat nyikapinnya. Ini bukan berarti yang namanya IQ atau kecerdasan umum itu ga ada yeh. IQ itu ada, tapi yang bermasalah itu alat ukurnya biasanya gak akurat. Jadi biarin deh urusan begituan diserahin dulu ke para ahli bidang yang bersangkutan. Balik lagi nih, ke pandangan umum masyarakat tentang konsep “kecerdasan umum” atau yang dikenal sebagai IQ tadi. IQ gue tinggi, terus? IQ gue jongkok, terus? Kalo nilai skor tes gue jeblok, apa berarti gue orang bego, gitu? Nah, pertanyaan-pertanyaan ini nih ga bisa dijawab dengan jawaban yang simpel kayak “Iya ya ternyata gue bego karena IQ gue rendah”, atau sebaliknya. Yang namanya bego, itu nggak cuma gara-gara IQ lo rendah doang, atau cerdas karena IQ lo tinggi. Gini misalnya, lo punya skor IQ tinggi trus pada suatu kesempatan lo lagi bawa motor. Karena pingin cepet-cepet sampe, lo ambil jalan yang berlawanan arus. Trus gara-gara ini, lo jadi didamprat orang yang lagi jalan kaki di jalur yang semestinya. Trus akhirnya lo dibilang “ah tolol luh!” maapin kata-kata gue kalo rada kasar, gue cuma mau bikin ini lebih realistis aja. Masuk akal juga kan, kalo lo didamprat kaya gitu, padahal skor IQ lo tinggi. Kasus di atas bikin suatu kesan buat kalangan umum non-akademik buat berpikir bahwa kemampuan pikiran belum tentu membuat lo jadi terlihat cerdas dan adaptif dalam bertingkah laku. Padahal kan tadi di atas disebutin bahwa kecerdasan itu pada intinya adalah kemampuan yang membuat manusia adaptif sebagai individu. Pandangan-pandangan umum yang kayak gini yang akhirnya membuat para ilmuwan kejiwaan ngembangin sebuah konsep terpisah yang dinamakan.. Emotional Quotient Intelligence Lah kok, jadi beda istilah?! Tadi di atas bilangnya emotional quotient EQ kok sekarang jadi Emotional Intelligence EI? Sebenernya sih sama, tapi emang udah jelas banget sih kalo istilah EQ yg arti harafiahnya itu “hasil pembagian dari emosi itu salah. Lebih tepat digunakan kecerdasan emosional buat jelasin konsep yang dimaksud. Makanya akhirnya para ahli lebih milih istilah emotional intelligence EI. Ngerti nggak sampe sini Men? Nah, kalo sampe poin ini lo udah bisa pahamin, kita lanjut bahas soal apa yg orang-orang bilang soal EQ atau EI. Sering banget kita denger orang-orang awam suka ngomong “Percuma IQ tinggi tapi EQ jeblok” atau semacamnya. Sering kan? EQ pertama kali dikonsepin oleh Keith Beasley pada tulisannya pada artikel Mensa pada tahun 1987. Tapi, istilah ini baru bener-bener mendunia dan udah ganti jadi EI setelah Daniel Goleman pada bukunya “Emotional Intelligence – Why it can matter more than IQ” yang terbit pada tahun 1995. Walaupun buku ini dianggap bukan sebagai buku akademik, tapi konsep EI yang disusun oleh Goleman bikin para ahli psikologi rame-rame bikin penelitian tentang hal ini. Kecerdasan Emosional, pada intinya adalah kemampuan kita buat ngidentifikasi, ngukur, dan ngontrol emosi diri sendiri, orang sekitar, dan kelompok. Para peneliti EI punya posisi bahwa EI lebih penting daripada sekadar kecerdasan kognitif. Goleman sendiri membagi kemampuan-kemampuan emosional menjadi lima kemampuan a kesadaran diri,b kontrol diri,c kemampuan sosial,d empati,e motivasi. Goleman berpendapat bahwa tanpa kelima kemampuan ini, orang yang memiliki IQ tinggi bakal kehambat dalam kegiatan akademik serta pekerjaan. Walaupun laku keras di kalangan umum, banyak ilmuwan dan praktisi psikologis yang tetep skeptis sama kecerdasan emosional. Yang paling mereka kritik adalah pengetesannya. Ilmuwan harus bekerja berdasarkan bukti. Jika seorang ilmuwan di bidang apapun bikin suatu hipotesis, harus didukung sama pengukuran yang akurat. Nah, para ahli psikologi ngekritik EI karena alat ukurnya nggak valid valid ini maksudnya nggak ngukur apa yang harusnya diukur. Alat-alat tes EI itu kebanyakan soalnya berupa pilihan-pilihan jawaban yang bisa aja orang yang ngisi ngibul pas ngejawabnya. Makanya, para ahli kurang bisa nerima hasil pengukuran EI. Belom kelar masalah EI, eh tiba-tiba ada lagi yang ngusulin sebuah konsep kecerdasan baru yang dinamain.. Spiritual Quotient Intelligence Spiritual Intelligence SI atau kecerdasan spiritual. Pertama kali dikonsepin sama psikolog yang bernama Danah Zohar, pada tahun 1997. Konsep ini dapat dibilang baru dalam dunia psikologi, karena emang konsepnya aja belom dianggep matang. Banyaaaak banget kritik soal konsep SI ini bahkan bukan soal pengukurannya atau nilainya, tapi soal konsep dasarnya. SI ini dibuat oleh Zohar untuk mengukur kemampuan seseorang dalam memaknai kehidupannya, jadi nggak ada hubungannya dengan agama ataupun kerohanian dalam konsep awam. Kemampuan-kemampuan yang menurut Zohar tergabung dalam konsep SI antara lain Spontanitas, visioner, rasa kemanusiaan, kemampuan untuk bertanya hal-hal yang bersifat mendalam seperti “siapakah saya dalam dunia ini?”, kemampuan untuk menerima perbedaan, dan sebagainya. Nah, lagi-lagi, selain konsepnya yang belom mateng, alat ukurnya lebih ngaco lagi, kalo menurut ahli-ahli ilmu psikologi. Alat ukurnya lebih bisa bikin yang ngisi ngibul soal kondisinya, yang akhirnya bikin skor tesnya jadi tinggi-tinggi deh. Susah kan ngukurnya kalo kaya gini!? Seperti biasa, dunia bisnis berkembang jauuuuh lebih cepet daripada dunia ilmu pengetahuan. Kalo ada konsep-konsep yang menarik dan “laku dijual”, para pelaku bisnis pasti cepet tanggep makenya padahal belom yakin itu konsep udah mateng atau belom. Kalo dalam ilmu lain, fisika kimia misalnya, kalo ada penemuan yang belom mateng terus udah laku di pasaran, resikonya kan jelas lah yaa, meledak lah, beracun lah, bikin mati sekampung lah. Nah, kalo dalam ilmu psikologi, dampak-dampak itu nggak keliatan langsung, tapi sebenernya bakal ujung-ujungnya kerasa dampaknya. Contohnya gini deh, konsep EI dan SI belom mateng, alatnya belom valid, tapi udah dipake buat nyeleksi manajer di satu perusahaan. Dari hasil tes dibilang bahwa si calon X punya kecerdasan emosional dan spiritual yg tinggi, tapi tesnya nggak valid. Walhasil, taunya si manajer nggak bekerja sesuai yang diharepin. Akhirnya, sayang kan duit yang dipake buat seleksi dan gaji si manajer X. Maka dari itulah, semua yang kira-kira punya embel-embel “quotient” nya atau “kecerdasan” ini itu emang kedengeran seksi di kuping kita. Yang namanya ortu itu pingin anaknya cerdas, berpekerti luhur, spiritual, dan sebagainya. Udah keniscayaan itu sih. Tapi, kita sebagai kaum terpelajar yang harus berpikir kritis, jangan lah cepet-cepet percaya sama apa pun yang dibilang sama orang lain. Telusurin sendiri sebelom rugi. Di Indonesia nih misalnya, udah jelas konsep EI belom jelas alat ukurnya, pelatihan-pelatihan dan pengukuran EI udah menjamur di mana-mana. Pake alat apa juga nggak peduli deh, yang penting Danah Zohar di atas kan udah bilang kalo SI nggak ada hubungannya dengan agama, tapi pelatihan-pelatihannya banyaaaaaaak banget ini beneran banyak banget yeh, se-Indonesia. Kebayang nggak kalo ternyata konsepnya nggak mateng dan itu pelatihan malah bikin kita jadi cerdas secara spiritual, tapi malah misalnya jadi takut sama kehidupan, ngerasa banyak dosa, dsb. Nggak nyambung dong sama yang dikonsepin sama Danah Zohar? Ya nggak?! Nah, pesen moral dari tulisan ini cuma singkat Sebagai kaum terpelajar, kita harus telusurin dulu sebelum percaya apa pun, terutama kalo itu bisa bikin kita rugi baik secara finansial maupun psikologis. Catatan Editor Seperti biasa kalo ada yang mau nanya, komentar, atau ngobrol sama Faisal, bisa langsung tinggalin comment aja di bawah artikel ini. Buat lo yang belum gabung jadi registered account di Zenius, pastiin lo gabung sama kita dengan daftar Zenius di sini! Berani ngasah otak dan kemampuan berpikir lo? Nih, cobain Zencore! Dengan fitur adaptive learning dan latihan soal CorePractice, lo bisa tingkatin skill matematika, bahasa Inggris, sekaligus verbal dan logika secara gratis. Ketuk banner di bawah buat mulai cobain! ***
sAicqL.
  • k8bdz37m3n.pages.dev/32
  • k8bdz37m3n.pages.dev/362
  • k8bdz37m3n.pages.dev/230
  • k8bdz37m3n.pages.dev/257
  • k8bdz37m3n.pages.dev/188
  • k8bdz37m3n.pages.dev/140
  • k8bdz37m3n.pages.dev/265
  • k8bdz37m3n.pages.dev/464
  • pengertian iq eq aq cq sq